Indonesia
sebagai negara demokrasi, masyarakat diberikan hak untuk memilih sendiri
pemimpinnya dan sebagai warga negara yang baik tentu dalam setiap ajang lima
tahunan baik itu pilpres, pilkada, pilwali, pilkades, pilkadus kecuali PilKaBe,
tentu memiliki hak untuk memilih salah satu yang terbaik dari pilihan-pilihan
yang ada. Memilih salah satu diantara kontestan PIL-PIL tadi akan menjadi
penentu dalam masa depan pembangunan di tempat/level yang dipilih tersebut.
Peristiwa
memilih itu hanya terjadi satu kali (jarang terjadi dua kali) dalam setiap
pemilihan, dalam menentukan pilihan terbaik tentu harus sesuai dengan nurani
sendiri bukan karena yang lain.
Ada
delapan alasan kenapa kita memberikan pilihan kepada orang yang kita pilih
diantaranya :
1.
Alasan Kemampuan Mempimpin
Setiap
orang yang menjadi kontestan (peserta dalam pemilihan) maka tentu memiliki
rekam jejak (track
record) yang baik dalam memimpin sebuah lembaga/institusi baik swasta
maupun pemerintahan. Dikala ia menjadi pemimpin kita bisa lihat apa prestasi
yang sudah diraih dalam memajukan atau membangun lembaga atau institusi yang
dipimpinnya disamping itu pula ia (pemimpin tersebut) juga harus memiliki ilmu
dan keterampilan dalam memimpin.
2.
Alasan Uang
Sejak
pemilihan kepala negara/daerah atau wilayah dilakukan secara langsung oleh
rakyat terjadi pergeseran nilai dan makna pilkada, dari hanya sekedar memilih
pemimpin terbaik kemudian berubah menjadi ajang jual beli suara (money politic). Tak
sedikit pemilih ahir-ahir ini menjual suaranya dengan sejumlah uang. Kalau
dikasi uang baru dipilih kalau tidak maka jangan harap dipilih. Paradigma
berfikir pemilih sudah mulai terkontaminasi oleh calon yang dipilih menawaarkan
sejumlah nominal untuk menarik simpati pemilihnya. Inilah yang kemudian disebut
menjadi salah satu indikasi dilakukan penyimpangan apabila yang memberi uang
tersebut nanti terpilih untuk memimpin.
Pada
hakekatnya apabila pemilih menghargakan dirinya dengan sejumlah uang misalnya
dikasi uang 50 ribu lalu dengan uang itu ia memilih orang tersebut itu berarti
bahwa harga dari orang itu tak ubahnya sama dengan jumlah uang yang diterima.
Kemana harga dirimu kalau dengan dikasi uang segitu lalu memilih pemimpin
sebuah negara/daerah/wilayah.
3.
Alasan Berhasil Membangun
Ini
bagi calon pemimpin yang sudah atau sedang menjabat (incumbent)
kemudian maju lagi dalam pemilihan. Alasan ini dikalangan orang berfikir
rasional menjadi dasar untuk menentukan pilihan. Setelah mengamati, melihat,
mengkaji bahwa capaian keberhasilan atau fakta yang sudah dilakukan oleh orang
tersebut selama memimpin terdapat banyak kemajuan dan keberhasilan secara
menyeluruh dalam membangun negara/daerah/wilayah yang dipimpinnya maka alasan
ini sangat tepat untuk memilihnya kembali sebagai pemimpin untuk periode
berikutnya.
4.Alasan
Ikut Kelompok/organisasi
Dengan
sistem multi partai di Indonesia dan banyaknya kelompok atau oragnisasi masa
mau tidak mau pemilih sudah dikotakkan pada kelompok atau organisasi tertentu.
Setiap kelompok/organsisasi memiliki anggota yang sangat panatik terhadap
pimpinan kelompk atau organisasi. Setelah melalu berbagai kajian dan
perhitungan yang matang pimpinan sebuah kelompok/organisasi membuat kebijakan untuk
mendukung salah satu calon pemimpin yang berlaga dalam pemilihan umum misalnya
maka serta merta anggota tersebut mengikuti pimpinan kelompok atau
organisasinya, mendengar dan mengikutinya (sami'na waatho'na). Dalam hal
ini anggota oragnisasi tersebut menyerahkan semua keputusan pada pimpinannya.
Konsekwensinya adalah apabila sudah masuk dalam sebuah kelompok/organisasi maka
anggota harus mengikutinya. Apabila tidak taat atau mengikutinya maka bukan
berkelompok atau berorganisasi namanya bahkan berujung pada pemberhentian
menjadi anggota.
5.
Alasan Tegiur Janji
Dengan
melihat, mendengar janji-janji yang di sampaikan kepada pemilih baik itu yang
bersipat pribadi misalnya akan dikasi pegang proyek, dikasi jabatan, diangkat
jadi apalah namanya, atau yang bersipat kelompok misalnya dijanjikan akan
dibuatkan apa saja untuk kepentingan orang banyak atau janji-janji muluk yang
akan dilakukan ketika terpilih. Janji-janji inilah yang menggiurkan pemilih
untuk mendukung dan memilih calon pemimpin tersebut. Ia rela berkorban baik
moral maupun material demi kemenangan calon yang didukunganya.
6.
Alasan Keluarga
Memilih
calon pemimpin karena alasan mendukung keluarga, di yakini bahwa dengan tetap
bersama keluarga ia akan semakin dekat dan keluarganya semakin besar. Banyak
mangatakan menang tidak bersama keluarga itu terhina, tetapi kalah bersama
keluarga itu terhormat. Dan yang paling beruntung lagi adalah menang bersama
keluarga. Banyak pemilih demi keluarga ia akan lakukan apapun demi memenangkan
keluarganya dalam pemilihan.
7.
Alasan Dendam Pribadi
Banyak
pemilih terkadang tak rasional cara berfikirnya dalam menentukan pilihan ia
lebih mengedepankan kepentingan pribadinya daripada kepentingan umum atau
kemaslahatan orang banyak. Tak sedikit karena kecewa tidak mendapat proyek,
tidak dikasi baju, tidak dikasi bantuan, tidak dikunjungi,tidak dapat jabatan,
di mutasi ke bagian yang tidak ia inginkan , sudah tidak sama pandangan dan
lain sebagainya lalu kemudian ikut menjelek-jelekkan atau membuat fitnah calon
pemimpin yang membuatnya kecewa tersebut. Dan yang lebih parah lagi kadang ia
suka sama calon-calon pemimpin yang ada namun karena ia bermusuhan dengan salah
satu orang dekat atau tim sukses calon tersebut kemudian itu yang membuatnya
tidak memilihnya. Jadi dalam hal memilih pemimpin sebaiknya jangan gunakan
kepentingan pribadi karena satu suara menentukan masa depan sebuah
negara/daerah/wilayah.Jauhkan rasa kecewa atau dendam pribadi ini, berusahalah
kelola hati agar tidak terjerumus dalam jurang kekecewaan selamanya. Hidup ini
saling membutuhkan satu sama lain.
8.
Alasan Memilih Pemimpin Sesuai Anjuran Agama.
Berbicara tentang pemimpin, Allah SWT telah
menjelaskan kepada kita bagaimana pemimpin yang baik itu, melalui beberapa
contoh kepemimpinan yang Allah ketengahkan dalam kitab-Nya, Al-Qur’an.
Kepemimpinan adalah amanah, titipan Allah swt, bukan sesuatu yang diminta
apalagi dikejar dan diperebutkan. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan
wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung
jawab melayani rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat bukan sebaliknya. Pemimpin
sering juga disebut khadimul ummah (pelayan umat). Menurut istilah itu, seorang
pemimpin harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan masyarakat, bukan
minta dilayani.
Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang
berkaitan tentang pemimpin yang baik diantaranya adalah : Pertama
Pemimpin itu beriman kepada Allah dan beramal shaleh. Kedua
memiliki niat yang lurus dan hendaklah saat menerima suatu tanggung jawab,
dilandasi dengan niat sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan. Ketiga ia tidak
meminta jabatan, karena Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin
Samurah Radhiyallahu’anhu,”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu
meminta untuk menjadi pemimpin.Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada
kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan
jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu
akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim). Keempat berpegang
pada hukum Allah, ini salah satu kewajiban utama
seorang pemimpin.Allah berfirman,”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara
diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49). Kelima Memutuskan
Perkara Dengan Adil. Keenam adalah
suka menasehati rakyat, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang suka memberiksa
nasehat bagi orang lain.Ketujuh
Pemimpin harus tegas, ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di
idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya
adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan
aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya. Kedelapan
adalah memiliki sikap lemah lembut terhadap yang dipimpinnya tidak arogan
dan selalu berkata baik.
Nah
marilah kita memilih sesuai dengan keyakinan kita berdasarkan anjuran agama dan
bukti-bukti yang nyata tanpa mengingkari nikmat allah atas keberhasilan
pembangunan yang ada. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita agar bisa
memilih pemimpin yang terbaik dan mudahan kita juga diberikan pemimpin terbaik
untuk memipin negara/daerah/wilayah di masa yang akan datang.
Wallahu
a’lam bissawab.