![]() |
Membajak tanah dengan handtracktor |
Rensingbatnews.
Tembakau adalah komoditi yang cukup banyak dibudidayakan petani. Komoditas
pertanian tembakau sudah menjadi harapan bagi petani, dan hal itu tidak bisa
ditinggalkan serta merta atau beralih tanam ke tanaman lain. Sejak awal tahun
1990 an petani yang ada di Desa Rensing Bat sudah mengembangkan komoditas
pertanian ini dengan menanam tembakau rajangan kemudian terjadi pergeseran
dengan beralih ke jenis tembakau virginia. Hingga saat ini seluruh masyarakat
khusunya petani setiap tahunnya menanam tembakau virginia lebih dari 150 hektar
lahan persawahan. Dibandingkan dengan tanaman lain seperti cabe,kedelai, jagung
atau tomat, tanaman tembakau adalah tanaman yang menjanjikan keuntungan yang
sangat besar sehingga dalam 14 tahun terahir perekonomian masyarakat Rensing
Bat mengalami peningkatan signifikan.
Memasuki
musim kemarau dan menjelang musim tanam tembakau virginia yang ditargetkan mulai
sekitar ahir bulan Mei atau awal bulan Juni 2014 mendatang petani Desa Rensing Bat sudah melakukan
berbagai persiapan mulai dari penyemaian bibit hingga mengolah tanah. Tanaman
yang dijuluki ‘emas hijau’ ini memang sangat tergantung pada keadaan iklim
selama masa pertumbuhannya. Faktor-faktor iklim yang berpengaruh antara lain
curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu. Diantara faktor-faktor tersebut
curah hujan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya.
Menjelang
masa tanam tembakau tahun 2014 para petani Desa Rensing Bat Kecamatan Sakra
Barat sudah mulai melakukan berbagai persiapan sebelum masa tanam dimulai.
![]() |
Petani lakukan penyemaian bibit tembakau |
1. Penyemaian Bibit
Sejak
bulan Maret 2014 lalu petani sudah mulai menyiapkan tempat penyemaian bibit
tembakau dengan melakukan pengolahan tanah dan membuat bedeng. Luas lahan
tempat penyemaian bibit ini disesuaikan dengan luas lahan petani tempat menanam
tembakau tetapi ada sebagian petani membuat penyemaian bibit melebihi luas
areal yang ia punya namun lebih berorientasi bisnis yakni bibit tembakau
nantinya bisa dijual kepada petani yang tidak punya bibit dengan harga Rp.100-150/bibit.
Sementara
untuk ukuran lebar bedeng tempat penyemaian bibit adalah 120 cm sedangkan untuk
panjang bedeng bisa mencapai 12 meter sampai 25 meter. Sedangkan untuk
kebutuhan benih secara normal tanaman tembakau 1 hektare hanya membutuhkan
benih 8-10 gram tergantung jarak tanam,
petani mendapatkan benih dengan mempersiapkan sendiri sejak masa tanam tahun
sebelumnya dan untuk petani binaan perusahaan biasanya mendapatkan benih dari
perusahaan tembakau tersebut.
Selama
proses penyemaian, bedeng penyemaian biasanya disiram secara rutin sampai agak
lembab dan diberi naungan berupa plastik khusus dengan sistem melengkung dengan
ajir yang terbuat dari bambu, untuk plastik yang digunakan berwarna putih agak
tebal dengan harga Rp.3000- 4000/meter. Proses penyemaian bibit tembakau ini
membutuhkan waktu sekitar 35-55 hari baru bibit siap dipindahkan ke kebun atau
lahan tanam yang telah disiapkan.
![]() |
Petani sedang mengolah tanah dengan cangkul |
2.
Pengolahan Tanah
Sambil
menunggu bibit yang disemai tumbuh besar, maka petani melakukan persiapan lahan
tanam tembakau dengan melakukan pengolahan tanah. Selanjutnya, dalam mengolah tanah
petani dapat melakukan dua kali pencangkulan atau pembajakan dengan interval 1
sampai 2 minggu, kemudian di sekeliling lahan tanam tembakau itu dibuat saluran
pembuangan air setelah itu petani juga
membuat bedeng dengan lebar antara 120-140 cm dan tinggi antara 15-30 cm jarak
antar bedeng yang satu dengan yang lainnya 40-50 cm dengan arah membujur antara
timur dan barat atau utara dan selatan.
Dalam
hal pembajakan tanah petani biasanya menggunakan jasa handtracktor yang disewa
dengan ongkos perhektar Rp.1.300.000,- sedangkan untuk pembuatan saluran
air/drainase dan bedeng menggunakan jasa tenaga kerja tani yang ada di desa saat
ini ongkos upah harian tenaga kerja tani yang laki berkisar Rp.50.000/hari.
Ongkos pembajakan dan pembuatan saliuran air/drainase dan bedeng mengalami
kenaikan sehingga dampaknya sangat besar pengaruhnya bagi petani tembakau
bagaimanapun juga biaya produksi atau modal yang dikeluarkan cukup besar.
Kenaikan biaya produksi inilah yang kemudian menyebabkan sebagian petani
menggunakan tenaga sendiri untuk menyiapkan lahan dan memilih tidak begitu
menggebu-gebu untuk menyewa lahan. (nr_dien)