Keadaan cuaca akhir-akhir ini terlihat semakin tidak menentu, pagi panas terik namun menjelang tengah hari mendadak turun hujan lebat disertai gemuruh petir cukup keras terdengar.padahal menurut prediksi bahwa bulan mei ini musim kemarau sudah mulai namun kenyataannya berbeda hingga minggu terahir bulan mei masih turun hujan bahkan setiap hari. Petani tembakau di Pulau Lombok hususnya yang ada di Desa Rensing Bat Kec. Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur mulai galau lantaran hujan lebat kerap turun pada pekan ini. Padahal, mereka seharusnya sudah mulai mempersiapkan lahan seperti membajak atau mengolah sawah bahkan mulai menaman. Dengan Curah hujan tinggi setiap hari bisa membuat bibit tembakau yang sudah besar bisa rusak dan mati karena faktor air hujan yang dingin. Dari pantauan di areal pertanian masyarakat Desa Rensing Bat yang luasnya lebih dari 150 hektar terlihat masih bervariasi sekitar 2-3 hektar ada petani yang sudah mulai menanam mengikuti anjuran perusahaan yang membinanya namun ada juga yang mulai membajak sawah meski tanah basah karena kejar target perusahaan bahkan sebagian masih terlihat tanaman padi yang baru mulai bunting. H. Ruslan salah seorang petani tembakau binaan PT Sadana Arif Nusa menjelaskan seharusnya awal Juni ini kami diperintahkan oleh perusahaan sudah mulai menanam tembakau namun kalau situasinya seperti ini tiap hari turun hujan maka kecil kemungkinan bisa menanam tepat waktu karena sawah belum bisa di kerjakan”.ungkapnya. Hal senada dikatakan Safwan petani tembakau binaan PT IDS asal Dusun Jerua Desa Montong Beter yang mempunyai areal sawah di wilayah subak Loker II Desa Rensing Bat ini mengatakan bahwa saat ini para petani dalam situasi galau dan resah bagaimanapun anjuran perusahaan untuk menanam tembakau pada awal bulan Juni sepertinya akan terganggu karena faktor cuaca hujan yang terus menerus turun bahkan setiap hari tak ada henti, drastis petani tak bisa berbuat banyak dengan kondisi sekarang”.jelasnya
Bahkan
sebagian besar petani memilih istirahat menggarap sawah mereka lebih banyak keluar
masuk sawah hanya mengurus penyemaian bibit tambakau saja agar bisa bertahan
ditengah cuaca hujan sehingga mereka tidak membeli bibit nantinya, musim tanam
tembakau 2013 ini diperkirakan harga bibit tembakau mengalami kenaikan yang
cukup signifikan yakni naik sekitar 60 % dibanding tahun lalu yang hanya Rp 40/perbatang namun sekarang tembus Rp 100/perbatang. Bibit tembakau yang harus dipersiapkan oleh
petani berkisar antara 16-20 ribu bibit perhektar. Begitu juga dengan para kuli
cangkul dan pemilik tranktor tangan dengan terpaksa mereka harus berhenti
bekerja karena tanah sawah yang basah, mereka harus menunggu sampai tanah
kering baru pekerjaan kembali dilanjutkan, dengan situasi cuaca hujan seperti
ini petani tak bisa berbuat banyak mereka harus bersabar dan menunggu cuaca
panas sehingga tanah sawah mereka bisa di garap kembali. (nr-dien)