MARILAH KITA SENANTIASA BERKATA BAIK, BERBUAT YANG BAIK, BEKERJA DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH DAN SALING MEMBANTU ANTAR WARGA

Thursday, 26 June 2014

Sambutlah Bulan Ramadhan Dengan Enam Hal Ini**



Marhaban Ya Ramadhan
Sebentar  lagi kita akan kedatangan  tamu yang mulia lagi terhormat, bulan Ramadhan yang senantiasa dirindukan kedatangannya dan disayangkan kepergiannya.
Tak lain karena di dalam bulan Ramadhan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya. Nilai ibadah dilipatgandakan, do'a-do'a dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup. Ramadhan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya, rugilah orang yang tidak dapat bertemu dengannya, namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya, namun tidak mengambil sesuatu darinya yakni dengan menggunakannya sebagai moment meningkatkan kualitas ibadah dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Oleh karena itu sebagai seorang muslim hendaklah mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan di dalam menyambut bulan suci Ramadhan serta amalan-amalan yang disyariatkan oleh Allah  dan Rasul-Nya.

Berikut ini adalah hal-hal yang kita siapkan dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan tahun 1435 H/tahun 2014 :
1.   Bergembira Menyambut Datangnya Bulan Ramadhan
Bergembira disini artinya adalah kita bersyukur kepada Allah dapat bertemu lagi dengan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat, bulan yang penuh ampunan, bulan yang penuh berkah dan bulan dimana orang yang beribadah sunnat diberi pahala seperti orang yang melakukan ibadah wajib dan orang yang melakukan ibadah wajib pahalanya dilipatgandakan Allah SWT sebanyak 70 kali.
Telah ada contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau dahulu memberi berita gembira pada para sahabatnya dengan kedatangan Ramadhan. Beliau bersabda :“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan Ramadhan bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa didalamnya. Pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga serta ditutup pintu-pintu neraka….”(HR. Ahmad)
Rasulullah SAW bersabda :"Andaikata umatku tahu tentang sesuatu yang tersembunyi di dalam bulan Ramadhan, pastilah mereka akan mengharap agar seluruh bulan dalam setahun menjadi bulan Romadhon, sebab segala kebaikan berkumpul didalamnya, segala keta'atan diterima oleh Allah, segala do'a dikabulkan, segala dosa diampuni dan surga rindu kepada mereka".
Oleh karena itu marilah kita bersenang dan bergembira dengan penuh iman menjelang datangnya bulan Ramadhan sebagimana dalam hadits Rasulullah SAW yang menjamin orang akan diharamkan dari api neraka, apabila dia bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan yang artinya : “Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.”(alhadits)

 2.   Memperbanyak do’a kepada Allah 
Telah menjadi kebiasaan bagi para generasi yang shalih pendahulu kita dengan memperbanyak do’a sebelum masuknya bulan Ramad-han, sehingga diriwayatkan diantara mereka ada yang memohon kepada Allah  agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan sejak 6 bulan sebelumnya. Mereka juga memohon kepada Allah  agar diberikan kekuatan dan pertolongan di dalam melaksanakan ibadah-ibadah di dalamnya seperti puasa, qiyamul lail, sedekah dan sebagainya.
Maka dengan berdo’a, bulan Ramadhan selain merupakan bulan karunia dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan nafsu untuk perbuatan jahat, tantangan untuk menggapai kemuliaan malam lailatul qadar dan tantangan-tantangan lainnya. Keterbatasan manusia mengharuskannya untuk selalu berdo'a agar optimis melalui atau menjalani bulan Ramadhan.
Telah diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa dia berkata, adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdoa: “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.”(HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

3.   Bertaubat Kepada Allah SWT
Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan. Setiap manusia tentu banyak melakukan kehilafan dan kesalahan oleh karena itu sebelum berpuasa perbanyaklah bertaubat agar ketika berpuasa kita dalam keadaan suci dari dosa. Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”
Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat. Dalam Al qur’an Allah berfirman yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya…” (QS. At Tahrim:8)
Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat! Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.

4.   Membersihkan jiwa
Yaitu dengan memperbanyak amal-amal shalih pada bulan Sya’ban karena pada bulan ini bulan diangkatnya amalan-amalan pada Allah. Sebagaimana  yang diriwa-yatkan oleh Imam An Nasa’i dan Ibnuthadits Usamah bin Zaid  Khuzaimah yang dihasankan oleh Syaikh Al Albani bahwasanya Rasulullah SAW berpuasa sepanjang bulan Sya’ban atau beliau memperbanyak puasa di dalamnya kecuali hanya beberapa hari saja beliau tidak melakukannya.
Disamping itu kita juga perlu melakukan pembersihan hati atau tazkiyatun nafs dari penyakit-penyakit hati seperti irihati, hasad, dengki, tamak, pelit dan sebagainya, juga hal yang urgen dilakukan dalam menyambut tamu Allah yang istimewa ini.
Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya: “Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya (QS. Asy-Syams : 9).

5.   Bertafaqquh (mempelajari) hukum-hukum puasa dan mengenal petunjuk Nabi Muhammad SAW.
Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna. Sesuatu yang menjadi prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan wajib mempelajarinya. Ilmu tentang ketentuan puasa atau yang sering disebut dengan fikih puasa merupakan hal yang wajib dipelajari oleh setiap muslim, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa.
Oleh karena itu sebelum memasuki puasa dianjurkan mempelajari syarat-syarat diterimanya puasa, hal-hal yang membatalkannya, hukum berpuasa di hari syak (meragukan), perbuatan-perbuatan yang dibolehkan dan dilarang bagi yang berpuasa, adab-adab dan sunnah-sunnah berpuasa, hukum-hukum shalat tarawih, hukum-hukum yang berkaitan dengan orang yang memiliki udzur seperti me-ngadakan perjalanan, sakit, hukum-hukum yang berkaitan dengan zakat fitri dan lain-lain.
Maka hendaknya kita ber-ilmu sebelum memahami dan mengamal-kannya. Allah SWT berfirman yang artinya : “Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.”(QS. Al-Anbiya’:7)
Pemahaman ilmu syar'i ini juga merupakan tanda kebaikan yang dikehendaki Allah terhadap seseorang. Karenanya Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan kebaikan maka ia difahamkan tentang (ilmu) agama (Muttafaq 'Alaih)

6.   Mengatur sebaik-baiknya program di bulan Ramadhan.

Bila seorang tamu yang agung datang berkunjung ke rumah kita kemudian kita menyambutnya dengan baik tentu kita akan mendapatkan pujian serta balasan dari tamu tersebut, begitu pula dengan bulan Ramadhan yang datang dengan membawa berbagai macam keutamaan. Jika kita menyambutnya dengan persiapan serta program-program untuk tamu agung ini tentu kita akan mendapatkan keutamaan-keutamaan tersebut.
Maka dari itu hendaklah kita mengisi bulan suci ini dengan memperbanyak ibadah shalat sunnat, membaca Al Qur’an, membaca istigfar, membaca sholawat, memperbanyak tasbih, tahmid, takbir dan istighfar dan lebih peduli kepada nasib orang fakir dan miskin, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali silaturrahmi, memuliakan tamu, menjenguk orang sakit dan ibadah-ibadah lain yang semisal dengan itu guna meraih gelaran mulia dari Allah, yaitu “Taqwa” dimana ia merupakan simbol sejati bagi hamba-hamba Allah yang senantiasa mengikhlaskan hati dan memurnikan iman yang terpatri lewat amalan ibadah yang relevan dengan hukum syar’i.
Wallahu A’lam Bissawab.
** Abu Nabbany